Jumat, 03 Juli 2015

I Believe You, Knight! (Chapter 1)



 I Believe You, Knight!




Author : Oepha Im

Cast : Park Eun-Bi | Wu Yi Fan

Genre : Romance | Family | Saeguk | Kerajaan | Sejarah

Leght : Chapter




Note : FF murni hasil imajinasi saya, saya hanya meminjam nama tokoh saja. Tokoh adalah milik mereka sendiri, keluarga dan para fans.
Fanfiction Ini adalah hasil kerjakeras saya jadi tolong hargai, dengan like dan coment.

.

.

Don't Be Plagiator | Don't Be Silent Reader | Don't Bash!


.

.

Silent Reader, Plagiator and trouble maker Out!


.


.


.




.

.

.

 Prolog

.

.


.

"MWO? Kau yakin itu jalan yang benar?" pekik Raja Kim Jo-Huang sambil membelalakan mata lebar. Ia menyandarkan tubuhnya pada kursi agung Raja lalu memijat dahinya dengan tangan kanan. Ini gawat. Kerajaan Joseon sedang dalam masalah besar. Ia harus memilih antara egois, kerajaan atau orang kepercayaannya. Ini sungguh berat. Ia baru berusia dua puluh tahun namun ia harus menjadi seorang Raja. Ia mendesah kesal lalu menatap pria paruh baya yang sedang duduk didepannya.

"Apa aku harus melakukan itu?" lirihnya sendu, pria didepannya hanya mengangguk. Mengiyakan jika sang Raja harus melakukan itu.

"Anda harus membunuh salah satu dari kami untuk menjadi kambing hitamnya!" tegas pria paruh baya itu sambil menatap Raja dalam, mencoba untuk menyakinkannya.

"Kenapa aku harus melakukan itu?"

"Anda memiliki tiga pilihan. Mengaku kepada rakyat dan kehormatan anda akan di injak-injak. Menentang China dan Joseon akan diserang atau kehilangan orang yang anda percaya? Anda akan memilih yang mana? Joseon dalam bahaya sekarang!"

Mendengar penjelasan yang menyakitkan itu membuat Raja kembali dilanda rasa bingung. Ia membuang napas kasar. "Lantas mengapa pilihan ini harus ada? Mengapa semuanya jadi begini?" tanya Raja pelan, bahkan suara hampir hilang diterpa angin malam.

"Dari awal ini adalah kesalahan. Mengapa anda memberi tahu rakyat jika pengkhianat telah ditemukan? Jika saja anda tidak mengumumkan itu, China tidak akan meminta anda untuk menyerahkan penjahat itu dan semuanya akan baik-baik saja! Tapi sekarang saat China menginginkan pengkhianat itu, apa yang harus kita lakukan dengan Rakyat yang telah tahu keberadaan pengkhianat? Tapi untungnya anda belum memberitahu siap pengkhianat itu. Tidak ada jalan lain. Anda harus memilih diantara kami berdua untuk menjadi kambing hitam Negri China." jelas pria paruh baya itu dengan tegas tapi lembut dan penuh pemikiran juga pertimbangan.

Raja mendesah, lalu menegakan tubuhnya. "Biarkan aku memikirkan hal ini dulu." pintanya dan dijawab dengan sebuah anggukan oleh pria paruh baya didepannya.



.



.


.



.

.



Chapter 1


.



.

.


Mata gadis itu melebar. Ia mebelalakan mata kaget dan tubuhnya terasa lemas, ia tersungkur ketanah dengan tubuh yang seakan membeku. Genggaman tangan yang menggengam tangannya terlepas secara perlahan. Tangannya mengepal kuat, menahan emosi, kesedihan dan penyesalan yang bercampur menjadi satu dalam dirinya. Ia menatap kosong tubuh yang tergeletak ditanah, perlahan air mata mulai menetes dari kedua manik matanya. Ia terisak, dan perlahan merangkak menuju mayat yang dipenuhi darah diseluruh bagian tubuhnya itu.

"Appa!" lirihnya setelah duduk disamping mayat itu. Ia memeluk erat tubuh dingin Ayahnya walau darah bekas tusukan di perut itu mengenai hanbok merah yang ia pakai.

"APPA!" Kali ini ia berteriak, tak peduli jika orang-orang yang mengelilingi tempat eksekusi Ayahnya itu menatapnya jijik. Ia bahkan tidak peduli dengan hidupnya, hidupnya telah hancur beberapa menit yang lalu dan dunia telah kiamat. Ia benci negara Joseon, mereka tidak adil. Membunuh Ayahnya tanpa bukti apapun.

"Lihatlah, sangat menjijikan! Dia tidak tahu malu!"


"Benar! Raja telah percaya pada keluarganya, tapi ia mengkhianati Raja hanya demi tahta!"


"Mereka harus menerima balasannya! Aku yakin gadis cantik itu akan menjadi gisaeng, sementara Ibu dan Kakaknya pasti akan menjadi budak! Sungguh memalukan!"



Ia semakin terisak! Sungguh memalukan? Padahal Ayahnya tidak melakukan kesalahan apapun, tapi Ayahnya harus dibunuh dan Ia harus menjadi Pelacur? Tidak! Aku ingin mati saja Tuhan! Ayah, bawa aku bersamammu!
teriaknya dalam hati, hanya dalam hati.

Ia menghentikan isakannya saat merasakan sentuhan lembut di bahu kirinya. "Jangan menangis!" ucap orang tersebut dengan suara yang parau. Ia tahu siapa orang itu, ia benar-benar mengenal suara parau orang itu. Ia tahu jika pria itu juga menangis, perlahan ia menoleh dan menatap mata pria itu sendu. Pria ini adalah Kakak laki-lakinya, yang menggenggam kuat tangannya saat eksekusi Ayahnya berlangsung. Mata sembab pria itu membuktikan jika ia telah menangis. Dengan cepat ia meringkarkan tangannya ditubuh pria itu, menyandarkan kepalanya didada bidang milik Kakak laki-lakinya. Setidaknya ini membuatnya tenang.

"Ayo pulang, Ibu telah menunggu di rumah!" ucap pria itu lembut, mengelitik telinganya yang dari tadi hanya mendengar caci dan makian.

Gadis itu mengandahkan kepala, menatap mata teduh milik pria itu. "Tapi bagaimana dengan Ayah?"

"Kita harus cepat, Eun-Bi! Kita harus pergi dari Joseon, Ayah akan dimakamkan oleh para prajurit. Itu yang mereka katakan! Ayo." ucap Kakaknya tegas, menatap dalam mata Eun-Bi mencoba menyakinkan gadis itu. Perlahan Eun-Bi mengangguk lalu melepaskan pelukan itu dan berdiri.

"Ayo kita pergi temui Ibu dan tinggalkan Joseon." ucapnya dengan yakin lalu berjalan meninggalkan mayat Ayahnya yang terbujur kaku di atas tanah. Air mata Eun-Bi menetes, ia tidak tega meninggakan Ayahnya dalam keadaan seperti itu, dan ia merasa bersalah.


Mereka berjalan menembus kerumunan orang yang menatap mereka jijik, bisikan mencaci terdengar ditelinga mereka berdua. Eun-Bi hanya bisa menunduk, walau ia melawan, semuanya akan tetap sama dan Ayahnya tidak akan hidup kembali.

Setelah sampai dipekarangan rumah, mereka membelalakan mata kaget, banyak sekali prajurit istana yang berkeliaran dirumah kecilnya. Eun-Bi menutup mulutnya saat manik matanya mendapati Ibunya sedang ditarik paksa oleh mereka, ditarik dan dipukul layaknya seorang budak. Air mata yang telah hilang beberapa saat lalu kini kembali mengalir. Ia terisak, hatinya sakit, benar-benar sakit. Sebuah teriakan hendak keluar dari mulutnya, namun sebuah tangan menarik tubuhnya sehingga berhasil membatalkan teriakan Eun-Bi. Pria yang berstatus sebagai Kakaknya itu menarik Eun-Bi kebelakang rumah tua kosong dekat rumahnya. Pria itu menatap Eun-Bi serius lalu semakin mecengkram erat tangan Eun-Bi.

"Pergilah, selamatkan dirimu! Oppa akan menemui prajurit itu. Kau harus selamat dan cari tau kebenaran yang menimpa Appa. Kau mengerti?"

Eun-Bi semakin terisak, kali ini ia takut, benar-benar takut. "Aku takut Oppa." lirih gadis itu sambil menatap dalam mata Kakaknya. Pria itu mengenggam erat kedua tagan Eun-Bi.

"Dengankan aku, kau harus pergi kebalik gunung sana, dan temui orang bernama Oh Sehun. Katakan jika kau adik dari Park Chanyeol. Kau harus melakukannya." jelas pria itu dengan mata berkaca-kaca. Setelah mengucapkannya ia berlari meninggalkan Eun-Bi yang ketakutan dan membeku di tempatnya. Gadis itu meremas kedua tangannya takut, lalu berlari sesuai apa yang Kakaknya katakan. Tangisannya tidak reda walau ia terus belari, semakin jauh ia berlari semakin keras tangisannya. Sekarang ia seorang buronan, tak pernah terpikirkan olehnya jika ia akan menjadi seorang buronan para prajurit.

"Eomma, Oppa, aku akan menyelamatkan kalian bagaimanapun caranya. Aku janji, karena itu kalian harus bertahan hidup sampai aku menemui kalian!
Appa, jangan membuat aku menyalahkanmu tentang semua yang menimpa keluarga kita. Karena itu, saat aku mencari apa kesalahanmu kau harus tidak bersalah. Jangan mengecewakan kami Appa, karena itu sangat menyakitkan!" teriaknya dalam hati. Ia telah berlari sampai hutan dekat gunung yang Kakaknya tunjukan. Ia tersungkur dan duduk ditanah. Air matanya terus mengalir, telapak tangannya ia simpan diatas dada dan menekan dadanya kuat. Sakit. Sungguh sakit. Ia terus menangis seiring dengan siang yang mulai terlelap tidur ditimpa kegelapan.


.



.



.

To Be Countinued





Ayo, yang udah baca mana komentarnya? Oepha tunggu ya :D